Senin, 27 Agustus 2012

TOMAT


hydroponic lettuce automation


Padi bawah tanah Teknologi Jepang



Saat tiba di Negeri sakura ini saya juga agak sedikit kaget. Karena bayangan yang terlintas saat mau berangkat dari Indonesia adalah negeri yang penuh teknologi. Ternyata di Negeri sakura inipun banyak sekali persawahan dan perkebunan. Sebagian besar orang-orang jepang yang sudah lanjut usia umur 80-90 dan diatasnya mengoptimalkan di perkebunan, Sambil menunggu jemputan malaikat maut hehe..
Tanaman hijau dengan berbagai macam tanaman sangat mudah kita temui di negeri sakura ini. melihat pemandangan seperti ini terkadang kayak di Indonesia saja, gak terasa di Negeri Matahari Terbit.Hanya bedanya orang-orang Jepang saat bercocok tanam mereka semua memakai sepatu dan kaos tangan sehingga tidak kotor. Selain itu semua pakai mesin dari bajak tanah,penanaman padi,sampai pemanenan padi. Jadi cukup satu sampai dua orang untuk mengerjakan lahan yang luas.
Ada yang menarik dan subhanallah sebuah kemajuan dari negeri ini. Kalau hal di atas mungkin hal yang biasa di Indonesiapun banyak.Namun ada lahan di dalam gedung yang bisa digunakan untuk bercocok tanam. tepatnya Di lantai dasar gedung Nomura yang berlantai 27 di distrik Otemachi, Tokyo mereka menanam berbagai  tanaman seperti sayuran-sayuran  dan padi.
Di areal seluas 1000 m2 tumbuh subur sayuran seperti tomat, strawberi, padi dan tanaman lainnya. Tanaman di tanam dengan sistem hidroponik (cara menanam tanpa media tanah). Karena di dalam gedung di bawah tanah maka sinar mataharipun tidak bisa menembus ke dalam tanaman ini.  Namun dengan teknologinya negeri ini sebagai pengganti cahaya matahari, kebun dibawah tanah ini di suplai oleh lampu seperti LED, dan high-pressure sodium vapor lamps. Semuanya di kontrol oleh komputer sehingga baik cahaya maupun temperatur mirip dengan kebun aslinya.
Untuk menanam padi, misalnya, dipakai bak tanah yang dirancang khusus. Airnya diganti secara otomatis setiap hari. Secara berkala juga diberikan nutrisi yang diperlukan tanaman untuk tumbuh. Di lokasi yang juga disebut Pasona O2 itu, lahan padi hanya seluas 6 x 5 meter. GM Pasona O2, Yasuyuki Nambu mengatakan, padi tersebut bisa dipanen 3-4 kali setahun. Setiap panen, bisa menghasilkan 20 Kg padi. Proyek Pasona ini didirikan tanggal 11 Februari 2005. Kalau misal setiap keluarga punya satu lahan di bawah rumah mereka maka akan tercukupi kebutuhan makanan setiap saat. Subhanallah kemandirian yang luar biasa jika terwujud.:-)
Indonesia kapan dikembangkan seperti ini ya ? atau mungkin  gak perlu ya? lahannya saja masih melimpah ruah tapi belum dimaksimalkan penggunaannya. Tapi kemajuan teknologinya patut kita tiru dan diterapkan di Negeri kita tercinta. Karena Indonesia adalah negeri harapan dunia.  Negeri yang akan menjadi penyelesai masalah umat. Negeri kebangkitan dunia InsyaAllah. Itu keyakinan saya. Allahu`alam bishshowab. aa_dys

Sumber: impactlab
             http://masedys.blog.uns.ac.id
Di sebuah atap menara blok, di atas riuh rendah dan kesibukan Hong Kong, para petani urban merawat tanaman organik di kebun sayuran.

Kotak-kotak berisi tanah tersebar di atap gedung 14 lantai, di belakangnya ada pemandangan gedung-gedung tinggi dan bukit-bukit hutan. Kotak tersebut berisi berbagai macam sayuran, termasuk timun dan kentang.

Lokasi itu hanyalah satu dari beberapa yang muncul di hutan beton Hong Kong setelah minat akan sayuran organik berkembang. Orang pun kemudian mencari cara untuk kabur dari salah satu tempat paling padat di dunia.

"Saya lebih senang makan apa yang saya tanam daripada yang saya beli di supermarket," kata Melanie Lam, perawat berusia 28 tahun yang datang ke "City Farm" di distrik Quarry Bay di pulau utama Hong Kong, dua kali seminggu.

"Jika dibandingkan dengan sayuran dari supermarket, sayuran yang saya tanam lebih manis dan segar. Saya lebih merasa puas."

Tujuh juta penduduk teritori selatan Cina ini kebanyakan hidup di apartemen karena harga tanah yang sangat mahal. Atap-atap yang tak terpakai di area terpadat menjadi salah satu tempat penanam sayur bekerja.

Foto oleh Philippe Lopez/AFP/FileKota yang terobsesi dengan uang ini termasuk terlambat mengikuti tren pertanian atap. Praktik seperti ini sudah bertahun-tahun populer di kota seperti London dan New York.

Meski tidak ada angka resmi soal lokasi, karena tidak perlu izin untuk membangun lokasi pertanian semacam ini, bukti-bukti ringan mendukung bahwa popularitas aktivitas ini semakin naik.

"Saya rasa pertanian perkotaan menjadi semakin populer...kami tumbuh sangat cepat dalam waktu singkat," kata Osbert Lam, pendiri "City Farm" yang memiliki sekitar 100 petani regular selama dua tahun semenjak buka.

Ada 400 kotak tanaman di area atap seluas 930 meter persegi yang tersedia untuk disewakan dengan harga HK$100-150 (Rp 123 ribu-Rp 180 ribu) per bulan untuk masing-masingnya.

"Mereka yang datang ke peternakan ini sangat bahagia -- Seperti obat penenang, ini cara mereka kabur," kata Lam.

Di To Kwa Wan di timur semenanjung Kowloon, salah satu pendiri pertanian atap lain mengatakan bahwa proyek ini menghidupkan lagi kawasan yang sudah ditinggalkan, kebanyakan karena minimnya transportasi umum dan dominasi populasi orang tua.

Chu Pui-Kwan dan dua temannya muncul dengna ide untuk membuat kebun sayuran di atas atap tak terpakai dari gedung 12 lantai.

Dengan menggunakan kayu-kayu tua dan material lain yang mereka ambil dari tempat proyek bangunan, mereka merakit kotak-kotak untuk tempat tumbuh sayuran, mereka lalu mengajak masyarakat sekitar untuk terlibat sebelum kebun resmi dibuka pada bulan November.

Foto oleh Philippe Lopez/AFP/File"Kami mengundang orang-orang tua dari kawasan ini untuk datang, kami beri mereka cat untuk mewarnai kotak-kotak yang berbeda," kata dia. "Mereka sangat senang."

Kini kotak-kotak warna cerah ini berisi macam-macam sayuran dan rempah, termasuk bayam, kacang polong, sereh, mint dan rosemary, memberi sedikit keceriaan pada kawasan yang kelabu.

Tempat ini punya jam buka reguler dan kelas-kelas yang mengajari orang soal pertanian urban.

Chu juga terlibat dalam Time to Grow, sebuah perusahaan yang bertujuan mendorong agar orang lebih mudah mendapat makanan-makanan yang diproduksi lokal.

Perusahaan ini mengadakan kelas seminggu sekali di Victoria Peak, puncak tertinggi pulau utama Hong Kong, sehingga para peserta bisa langsung melihat pemandangan kota yang menakjubkan.

"Idenya agar setiap rumah memiliki hijau-hijauan meski sedikit...di atap, jendela, bahkan hanya satu pot saja," kata Chu.

Foto oleh Philippe Lopez/AFP/FileData resmi mengindikasikan makanan organik menjadi tambah populer di Hong Kong, angka resmi pertanian yang ikut serta dalam proyek pemerintah untuk mendorong pertanian organik naik dari 193 pada bulan Juni tahun ini, dari 123 pada 2008.

Meski hobi menanam sayur ini tambah populer, namun para petani atap ini belum menumbuhkan cukup banyak sayuran untuk bisa dijual agar mendapat untung, tidak seperti di kota-kota lain yang sudah lebih dulu melakukan inisiatif ini.

Hanya tiga persen dari sayur-sayuran yang dikonsumsi di Hong Kong ditanam secara lokal, menurut data resmi pemerintah.
 
 Oleh Sam Reeves | AFP
 
http://id.berita.yahoo.com/pertanian-di-atap-berkembang-di-hong-kong-yang-kekurangan-ruang.html